Mengenal Air Ketuban yang Sangat Penting dalam Kehamilan
DokterSehat.Com – Keberadaan bayi dalam kandungan dilindungi oleh sebuah cairan yang biasa disebut sebagaia air ketuban. Cairan bening ini berada dalam kantung ketuban dan ditemukan mulai dari 12 hari petama setelah konsepsi atau pembuahan. Air ketuban pecah paling umum menjadi tanda bahwa bayi akan segera lahir ke dunia. Yuk, simak berbagai hal yang perlu diketahui tentang air ketuban berikut ini!
Apa Itu Air Ketuban?
Air ketuban adalah bantalan cairan hangat yang melindungi bayi dalam kandungan. Air ketuban memiliki berbagai kandungan seperti hormon, sel-sel sistem kekebalan tubuh, nutrisi, dan air seni bayi. Pada tingkat tertinggi, air ketuban bisa mencapai 1 liter jumlahnya.
Ketika memasuki usia kehamilan 36 minggu, kadar air ketuban dapat berkurang dan menjadi tanda tubuh mempersiapkan kehaliran bayi Anda. Jumlah air ketuban yang masih mengelilingi bayi dapat diperkirakan melalui pemeriksaan USG.
Fungsi Air Ketuban
Sebelum mengetahui jumlah air ketuban normal dan tentang air ketuban pecah, ketahui lebih dulu fungsi air ketuban. Berikut adalah beberapa fungsi air ketuban yang perlu para ibu ketahui:
- Melindungungi janin dari tekanan dari luar dan sebagai peredam kejut.
- Mengontrol suhu agar janjin tetap hangat dan berada pada suhu yang teratur.
- Mencegah infeksi dengan kandungan antibodi yang ada di dalamnya.
- Melatih pencernaan dan sistem pernapasan, karena janin dapat bernapas dan menelan air ketuban sehingga otot-otot organnya terlatih.
- Membantu perkembangan otot dan tulang karena membiarkan bayi bebas melayang dalam kantung ketuban dan jadi lebih bebas bergerak.
- Sebagai pelumas yang mecegah bagian-bagian tubuh janin seperti jari tangan dan kaki tumbuh bersama dan bersilangan.
- Mencegah tali pusat tertekan agar asupan makanan dan oksiden dari plasenta tetap terjaga.
Jumlah Air Ketuban Normal
Jumlah air kebutan dalam kandungan tentunya akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia kehamilan. Jumlah terbanyak air ketuban biasanya adalah pada sekitar usia kehamilan 36 minggu. Berikut adalah jumlah air ketuba normal selama kehamilan:
- Usia kehamilan 12 minggu: 60 mililiter
- Usia kehamilan 16 minggu: 175 mililiter
- Usia kehamilan 34-38 minggu: 400 hingga 1.200 mililiter
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa jumlah air ketuban dapat diukuk melalui pemeriksaan USG. Terdapat du acara perhitungan yaitu dengan indeks cairan ketuban atau amniotic fluid index (AFI) dan juga kantung vertikal maksimum atau maximum vertical pocket (MPV).
Jika jumlah AFI kurang dari 5 cm dan MPV kurang dari 2 cm, maka jumlah cairan ketuban akan dianggap terlalu rendah.
Kondisi Kekurangan atau Kelebihan Jumlah Air Ketuban
Terdapat beberapa kondisi di mana jumlah air ketuban di luar jumlah normal, bisa jadi lebih sedikit atau bisa juga terlalu banyak. Keduanya merupakan kondisi yang perlu diwaspadai karena dapat memberikan pengaruh pada kehamilan.
1. Oligohidramnion
Oligohidramnion adalah kondisi di mana air ketuban terlalu sedikit. Kondisi ini terjadi jika AFI kurang dari 5 cm dengan indeks normal 5-25 cm dan MVP kurang dari 2 cm. Kondisi ini bisa dibuktikan dari kebocoran pada selaput ketuban atau ketika janin tidak bergerak sesuai dengan yang diharapkan.
Kondisi ini juga dapat terjadi dengan ibu yang memiliki riwayat kondisi kesehatan seperti berikut ini:
- Kehamilan dengan pertumbuhan terbatas
- Hipertensi kronis
- Preeklampsia
- Diabetes
- Lupus
- Kehamilan jembat
- Kahaliran melewati HPL
- Masalah dengan plasenta
Oligohidramnion dapat terjadi pada usia kehamilan berapapun, namun paling harus diwaspadai jika terjadi pada trimester 1 dan 2, karena dapat menyebabkan risiko cacat lahir, keguguran, kelahiran prematur, atau kematian neonatal.
Sedangkan jika kondisi ini terjadi pada trimester akhir maka risikonya adalah pertumbuhan janin lambat atau komplikasi persalinan. Kemungkinan prosedur persalinan caesar akan lebih disarankan.
2. Polihidramnion
Kondisi terlalu banyak air ketuban disebut dengan polihidramnion. Kondisi ini lebih jarang terjadi, yaitu hanya pada sekitar 1% kehamilan. Polihidramnion adalah kondisi AFI melebihi 25 cm dan MVP lebih dari 8 cm.
Beberapa kelainan janin yang dapat memicu kondisi ini adalah:
- Gangguan pencernaan
- Gangguan otak atau sistem saraf
- Gangguan pertumbuhan tulang
- Masalah denyut jantung janin
- Infeksi
- Kelainan paru
- Ketidakcocokan darah antara ibu dan anak
Selain kondisi di atas, kondisi diabetes tidak terkontrol pada ibu atau kehamilan kembar juga dapat meningkatkan risiko.
Gejala yang dirasakan ibu pada kondisi ini umumnya adalah nyeri perut dan kesulitan bernapas akibat pembesaran pada rahim.
Jika tidak berat, maka kondisi ini dapat sembuh tanpa pengobatan, namun jika dibiarkan dan kondisinya berat, maka dapat menyebabkan komplikasi seperti berikut ini:
- Persalinan prematur
- Ketuban pecah dini
- Kematian bayi
- Solusio plasenta
- Pendarahan postpartum
- Posisi janin abnormal
- Prolaps tali pusat
Beberapa kondisi mungkin memerlukan penangangan seperti amniosentesis atau menggunakan obat-obatan untuk mengurangi produksi urin yang dihasilkan bayi dan mencegah terjadinya komplikasi.
Ciri-Ciri Air Ketuban Pecah
Terkadang ibu hamil tidak memahami apakah cairan yang keluar dari vagina merupakan air ketuban atau bukan karena memang air ketuban mirip dengan urin. Maka dari itu, sangat penting untuk para ibu mengetahui ciri-ciri air ketuban.
Air ketuban pecah biasanya terjadi sebagai tanda persailan sudah dekat. Di sisi lain, terdapat juga kondisi di mana terjadi kebocoran pada kantong ketuban yang menyebabkan kebocoran atau air ketuban rembes secara perlahan.
Agar dapat membedakan apakah cairan yang keluar dari vagina merupakan air ketuban dan bukan cairan vagina maupun urin, kenali ciri-ciri air ketuban beriktu ini:
- Warna air ketuban adalah bening
- Air ketuban kadang keluar bersama lendir atau darah
- Air ketuban tidak berbau
- Air ketuban terkadang dapat meninggalkan sedikit noda putih di pakaian dalam.
Cara mengetahui apakah kondisi air ketuban normal adalah dengan melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin. Jika mengalami pecah ketuban segera periksakan ke dokter untuk mengetahui apakah kondisi ini merupakan tanda kelahiran.
Perlu diketahui bahwa terkadang air ketuban pecah namun tidak dibarengi dengan kontraksi, padahal kondisi ini juga termasuk ke dalam tanda akan melahirkan. Konsultasikan dengan dokter jika Anda mengalami gejala air ketuban rembes atau pecah.
Sumber:
- Leaking Amniotic Fluid During Pregnancy: What Does It Feel Like? – https://www.healthline.com/health/pregnancy/leaking-amniotic-fluid diakses 4 Maret 2019
- What’s to know about amniotic fluid? – https://www.medicalnewstoday.com/articles/307082.php diakses 4 Maret 2019
Selain sebagai media informasi kesehatan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.